SEJARAH TANA SAMAWA
  • Home
  • Business
    • Internet
    • Market
    • Stock
  • Parent Category
    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
  • Featured
  • Health
    • Childcare
    • Doctors
  • Home
  • Business
    • Internet
    • Market
    • Stock
  • Downloads
    • Dvd
    • Games
    • Software
      • Office
  • Parent Category
    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
  • Featured
  • Health
    • Childcare
    • Doctors
  • Uncategorized

Rabu, 03 Mei 2017

SUKU SUMBAWA

 Unknown     Mei 03, 2017     1 comment   

Suku Sumbawa, Nusa Tenggara Barat


suku Sumbawa
Suku Sumbawa atau Tau Samawa, adalah suku yang terdapat di bagian barat pulau Sumbawa di provinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia. Populasi suku Sumbawa adalah sebesar 500.000 orang.

Suku Sumbawa tersebar di dua kabupaten, yaitu kabupaten Sumbawa dan kabupaten Sumbawa Barat yang meliputi kecamatan Empang di ujung timur hingga kecamatan Taliwang dan Sekongkang yang berada di ujung barat dan selatan pulau, termasuk 38 pulau kecil di sekitarnya.

Suku Sumbawa sendiri, selama beberapa abad ini mengalami percampuran dengan etnis pendatang, seperti etnis dari jawa, sumatra, sulawesi, kalimantan dan cina serta arab. Suku Sumbawa yang telah bercampur dengan etnis lain ini, biasanya bermukim d dataran rendah dan daerah-daerah pesisir. Sedangkan suku Sumbawa yang masih asli menempati dataran tinggi pegunungan seperti Tepal, Dodo dan Labangkar.

Suku Sumbawa berbicara dalam bahasa Sumbawa. Bahasa Sumbawa menjadi bahasa persatuan atau bahasa pengantar di pulau ini, sehingga etnis-etnis pendatang yang tinggal di pulau ini pun berbicara dalam bahasa Sumbawa.

Menurut Mahsun (2002), bahwa bahasa Sumbawa Purba pecah menjadi 4 dialek yang ada sekarang ini, sebelumnya terdiri dari 2 dialek, yaitu dialek Taliwang-Jereweh-Tongo dan dialek Sumbawa besar yang menjadi cikal bakal dialek Seran. Kemudian berkembang lagi seiring perjalanan waktu hingga memasuki fase historis, dialek Taliwang-Jereweh-Tongo pecah lagi menjadi 3 dialek yang berdiri sendiri.
Dalam bahasa Sumbawa sekarang dikenal beberapa dialek bahasa berdasarkan daerah penyebarannya, yaitu dialek Samawa, Baturotok (Batulante) dan dialek-dialek lain yang dipakai di daerah pegunungan Ropang seperti Labangkar, Lawen (Selesek), serta penduduk di sebelah selatan Lunyuk, selain juga terdapat dialek Taliwang, Jereweh dan dialek Tongo.
Selain itu masih terdapat sejumlah variasi dialek regional yang dipakai oleh komunitas tertentu, misalnya dialek Taliwang yang diucapkan oleh penutur di Labuhan Lalar, yang merupakan keturunan campuran etnis Bajau yang berbeda dengan dialek Taliwang yang diucapkan oleh orang di kampung Sampir yang merupakan keturunan campuran etnis Mandar, Bugis dan Makassar.

rumah adat suku Sumbawa
Bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di daerah Sumbawa, berupa sarkofagus,nakara dan menhir, mengindikasikan bahwa Sumbawa Purba telah memiliki kepercayaan dan bentuk-bentuk ritual penyembahan kepada arwah nenek moyang mereka. Konsep-konsep tentang kosmologi dan perlunya menjaga keseimbangan antara dirinya dengan makrokosmos terus diwariskan lintas generasi hingga masuknya kebudayaan Hindu-Budha, bahkan peradaban Islam di Sumbawa.

Diperkirakan agama Hindu-Budha berkembang pesat di kerajaan-kerajaan kecil Sumbawa sekitar dua ratus tahun sebelum masuknya Kerajaan Majapahit ke wilayah Sumbawa ini. Beberapa kerajaan itu antara lain: Kerajaan Dewa Mas Kuning di Selesek (Ropang), Kerajaan Airenung (Moyo Hulu), Kerajaan Awan Kuning di Sampar Semulan (Moyo Hulu), Kerajaan Gunung Setia (Sumbawa), Kerajaan Dewa Maja Paruwa (Utan), Kerajaan Seran (Seteluk), Kerajaan Taliwang, dan Kerajaan Jereweh.

Masyarakat suku Sumbawa mayoritas memeluk agama Islam. Sebagian kecil masyarakat suku Sumbawa menganut aliran Islam, yaitu Islam Wetu Telu. Aliran Islam Wetu Telu ini agak berbeda dengan agama Islam di Indonesia pada umumnya, diperkirakan penganut aliran Islam Wetu Telu ini hanya sekitar 1% dari jumlah total suku Sumbawa. Menurut Zolinger, agama Islam masuk ke pulau Sumbawa antara tahun 1450–1540 yang dibawa oleh para pedagang Islam dari Jawa dan Melayu, khususnya Palembang.
Orang Sumbawa termasuk fanatik dalam memeluk agama Islam. Bahkan begitu sensitif dan mudah digelorakan untuk berjihad demi membela kepentingan agamanya, serta kelihatan antipati dan menolak terhadap bentuk-bentuk keyakinan agama lain selain Islam. Namun dalam praktek keseharian, mereka masih percaya pada makhluk-makhluk halus yang dianggap bisa mendatangkan musibah berupa bencana dan penyakit pada manusia. Mereka percaya adanya baki atau makhluk halus yang tinggal di hutan dan di pohon-pohon besar, terutama beringin, kono atau makhluk halus yang sering berkeliaran di tempat-tempat sepi di siang hari, dan leak atau orang jahat yang bisa berubah menjadi binatang dan gemar makan ketuban serta minum darah bayi yang baru dilahirkan.

Sistem kekerabatan dan keturunan suku Sumbawa adalah bilateral, yaitu sistem penarikan garis keturunan berdasarkan garis silsilah nenek moyang laki-laki dan perempuan secara serentak. Dalam sistem kekerabatan ini, baik kerabat pihak ayah mapun pihak ibu diklasifikasikan menjadi satu dengan istilah yang sama, misaleaq untuk saudara tua ayah atau ibu, dan nde untuk saudara yang lebih muda dari ayah atau ibu. Kelompok keluarga yang lebih luas yaitu pata, yaitu kerabat dari laki-laki atau wanita yang ditarik dari kakek atau nenek moyang sampai derajat keenam, sehingga dalam masyarakat Sumbawa dikenal sepupu satu, sepupu dua sampai sepupu enam.
adat pernikahan
Tata cara perkawinan dalam masyarakat Sumbawa diselenggarakan dengan upacara adat yang kompleks, mirip dengan prosesi perkawinan adat Bugis-Makassar yang diawali dengan bakatoan (bajajak), basaputis, nyorong dan upacara barodak pada malam hari menjelang kedua calon pengantin dinikahkan. Upacara barodak ini mengandung unsur-unsur kombinasi ritual midodareni dan ruwatan dalam tradisi Jawa.
pacuan kuda Sumbawa
Masyarakat suku Sumbawa pada umumnya hidup pada bidang pertanian. Mereka menanam padi di sawah dengan menggunakan peralatan tardisional berupa cangkul atau bingkung, rengala, dan kareng sebagai peralatan bajak dengan memanfaatkan hewan peliharaan seperti sapi dan kerbau. Dalam menggarap ladang mereka masih menggunakan cara tradisional, yaitu dengan membakar lahan pertanian agar mempermudah proses penanaman beberapa jenis tanaman pangan. Kegiatan lain adalah menangkap ikan. Mereka menggunakan peralatan seperti pancing, kodong dan belat yang berfungsi sebagai perangkap dimanfaatkan untuk menangkap ikan di sungai ataupun di rawa-rawa, sedangkan peralatan berupa jaring dipakai untuk menangkap ikan di laut. Selain itu mereka juga berburu (nganyang) dengan menggunakan peralatan tear atau tombak dan poke atau tombak bermata dua, lamar atau jerat, dan dengan membawa beberapa ekor anjing pemburu. Kegiatan lain mereka adalah meramu hasil hutan untuk dijadikan bahan makanan seperti umbi-umbian, buyak atau pucuk-pucuk rotan, serampin atau sari batang enau, madu lebah, jamur-jamuran, dan akar-akaran sebagai bahan pembuatan minyak tradisional.
Mereka juga memelihara hewan ternak seperti kuda, sapi, dan kerbau yang biasanya dilepas di padang-padang gembala.
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

1 komentar:

  1. putra kristian10 Januari 2019 pukul 01.48

    disini ndada bahas tentang motif dan maknanya yah? coba dijelasin pasti keren.

    BalasHapus
    Balasan
      Balas
Tambahkan komentar
Muat yang lain...

Popular Posts

  • MENGENAL ADAT BARODAK TAU SAMAWA
    Mengenal Barodak, Midodareninya masyarakat Sumbawa Ketika akan menikah, sebagai keturunan Indo, saya sempat bingung juga menentukan akan...
  • TEPUNG KHAS TANA SAMAWA
    “Tepung” khas Tana Samawa Jajan pasar adalah nama lain dari kue-kue (biasanya kue basah) tradisional yang awalnya banyak dijual di pasa...
  • KEBUDAYAA SUKU SUMBAWA
    Sabalong samalewa  Inilah motto dari daerah kelahiranku ini. Sumbawa besar adalah salah satu kabupaten yang berada di ...
  • UPACARA ADAT BASUNAT
    UPACARA ADAT BASUNAT Basunat adalah memeotong bagian ujung kelamin anak laki-laki yang berusia antara 3-10 tahun, untuk menjalankan sal...
  • SENI SASTRA SUMBAWA
    Seni Sastra Sumbawa             Pulau Sumbawa merupakan salah satu pulau terbesar di Provinsi NTB yang telah dibentuk berdasarkan Und...
  • KESENIAN DAERAH SUMBAWA
    KESENIAN DAERAH SUMBAWA Berdasarkan KBBI, 816 Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi kehalusan, keindahan, dan...
  • ADAT PERNIKAHAN SUKU SUMBAWA
    ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT SUKU SUMBAWA teman - teman kali ini  s aya mau ajak teman - teman  buat tahu sedikit tentang adat pernika...
  • TRADISI TAU SAMAWA
    TRADISI TAU SAMAWA BARAPAN KEBO Pict : Baliphotopgraphyguide.com NUSANTARA –  Teriakan joki mengiringi kerbau menuju sakak yang d...
  • MAKANAN KHAS DAERAH SUMBAWA
    MAKANAN KHAS DAERAH SUMBAWA SINGAN Singang, begitulah masyarakat di Sumbawa menamai masakan tradisional berbahan ikan segar ini. Ikan...
  • SUKU SUMBAWA
    Suku Sumbawa, Nusa Tenggara Barat suku Sumbawa Suku Sumbawa  atau  Tau Samawa , adalah suku yang terdapat di bagian barat pulau Su...

Recent Posts

LightBlog

Unordered List

  • Follow on Twitter
  • Like on Facebook
  • Subscribe on Youtube
  • Follow on Instagram

Pages

  • Beranda
  • permainan khas daerah sumbawa

Text Widget

Blog Archive

  • Home
  • About
  • Contact
  • 404

Recent

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

  • Home
  • About
  • Contact
  • Features
  • _feature 1
  • _feature 2
  • __feature 3.1
  • __feature 3.2
  • __feature 3.3
  • _feature 4
  • _feature 5
  • Shortcodes
  • Documentation
  • Download this template

Label

Breaking

Recent In Internet

Recent Post

Facebook

LightBlog

Comments

Recent

Adbox

Technology

Welcome To SoraBook

Sample Text

Copyright © SEJARAH TANA SAMAWA | Powered by Blogger
Design by Hardeep Asrani | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Gooyaabi Templates