SEJARAH TANA SAMAWA
  • Home
  • Business
    • Internet
    • Market
    • Stock
  • Parent Category
    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
  • Featured
  • Health
    • Childcare
    • Doctors
  • Home
  • Business
    • Internet
    • Market
    • Stock
  • Downloads
    • Dvd
    • Games
    • Software
      • Office
  • Parent Category
    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
  • Featured
  • Health
    • Childcare
    • Doctors
  • Uncategorized

Sabtu, 29 April 2017

TRADISI TAU SAMAWA

 Unknown     April 29, 2017     No comments   


TRADISI TAU SAMAWA
BARAPAN KEBO

Image result for Pict : Baliphotopgraphyguide.comPict : Baliphotopgraphyguide.com
NUSANTARA – Teriakan joki mengiringi kerbau menuju sakak yang dijaga oleh sandro. Sakak dalam bahasa sumbawa diartikan sebagai garis garis finish dari perlombaan barapan kebo itu sendiri. Sedangkan Sandro sendiri adalah sebutan bagi orang-orang sakti yang memiliki ilmu supranatural ala sumbawa dengan ciri khas mereka yang menggunakan pakaian berwarna serba hitam.
Sepasang kebo, begitu sebutan bagi kerbau yang disatukan oleh noga yang menempel dipundaknya. Noga adalah istilah dalam Barapan kebo yang digunakan untuk mengikat kedua kerbau agar bisa beriringan berlari kencang dalam kubangan lumpur.
Barapan kebo atau karapan kerbau merupakan permainan rakyat yang ada di Pulau Sumbawa, tepatnya di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Barapan kebo ini merupakan suatu tradisi masyarakat agraris Sumbawa termasuk Sumbawa Barat yang hingga kini masih hidup di “Tanah Samawa” (sebutan lain bagi Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat). Tradisi ini digelar oleh masyarakat Suku Samawa setiap menjelang musim tanam tiba.
Konon ceritanya, barapan kebo merupakan acara selamatan yang muncul dari tradisi bertani masyarakat “Tanah Samawa”. Berangkat dari keinginan untuk menjadikan tanah yang mestinya siap ditanami padi sebanyak tiga kali. Dikarenakan jenis tanah di Pulau Sumbawa yang umumnya adalah tanah liat, maka barapan kebo diselenggarakan dengan tujuan untuk membantu petani dalam membajak sawah agar tanah yang akan ditanami dapat teroptimalkan dengan baik.
Seiring dengan berjalannya waktu, tradisi barapan kebo terus berkembang sampai sekarang, bahkan event budaya khas Sumbawa ini dilaksanakan setiap tahun, baik untuk kepentingan amal (menghimpun dana bagi pembangunan masjid, musholla, dan lain-lain), maupun dipertandingkan dengan hadiah berupa piala, kain sarung, kain bakal baju (batik), dan televisi  yang disediakan bagi para pemenangnya. Hampir setiap desa menyelenggarakan barapan, hingga dari pihak panitia sendiri harus mengundang peserta dari luar Kabupaten Sumbawa untuk menyemarakkan acara.
Barapan kebo ini di jadikan sebagai ajang tempat mengadu ilmu antara joki, dan sandro yang menjaga sakak (garis finish). Sandro dalam bahasa sumbawa artinya Dukun, konon katanya, pada jaman dahulu barapan kebo menjadi ajang pertarungan ilmu para sandro, biasanya para sandro akan berdiri disekitar sakak/garis finish kemudian mengganggu kerbau yang sedang berlomba, misalnya dengan membuatnya terjatuh atau berbelok arah, hanya saja sang joki dan kerbau yang diganggu pun memiliki sandro pula, sehingga disitulah terjadi perang ilmu. Namun dimasa sekarang, dalam event barapan kebo sandro sudah tidak dipakai lagi. 
Image result for Pict : Baliphotopgraphyguide.com
Bukan hadiah yang menjadi fokus utama dari event barapan kebo ini, karena memang hadiahnya tidaklah banyak, bahkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik kerbau jauh lebih banyak dari hadiah yang disediakan oleh panitia, akan tetapi bagi pemilik kerbau, perlombaan ini merupakan sebuah pertarungan prestise dan martabat, imbas lainnya adalah pada harga kerbau yang melonjak jika menjadi juara, bahkan katanya sepasang kerbau pemenang bisa dihargai hingga ratusan juta rupiah.
Sejalan dengan perkembangan dunia pariwisata saat ini, barapan kebo kini dijadikan suguhan yang menarik untuk disaksikan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Sumbawa, dan juga barapan kebo ini adalah merupakan bagian dari aset budaya yang harus dijaga kelestariannya. Bahkan beberapa hotel di Sumbawa menjual permainan rakyat ini sebagai paket wisata bagi para tourist.
Kekayaan budaya yang dimiliki masing-masing daerah khususnya daerah Sumbawa, harus bisa di jaga serta dilestarikan, dikarenakan budaya tersebut merupakan sebuah warisan yang nantinya akan diwariskan kepada generasi penerus bangsa ini di masa yang akan datang. Dengan tetap bercermin terhadap sejarah leluhur agar mampu menjaga serta tetap eksis ditengah perkembangan jaman dewasa kini.

KERACI
(PERMAINAN RAKYAT TAU SAMAWA)
Image result for keraci permainan tau samawa
Pulau sumbawa memiliki ragam permainan rakyat yang cukup banyak dan unik mulai dari pulau sumbawa bagian barat, pulau sumbawa bagian timur, pulau sumbawa bagian utara dan pulau sumbawa bagian selatan yang diantaranya ada karaci, barempuk, main jaran, barapan kebo dll.
Disini sya akan menceritakan tentang permainan rakyat adat sumbawa yaitu karaci. Karaci sendiri di masa kerajaan sumbawa merupakan PABOAT AJI (permainan yang wajib di lakukan di kerajaan sumbawa untuk menyeleksi pasukan2 perang sumbawa, baik itu pengawal hingga panglima-panglima kerajaan).
Image result for keraci permainan tau samawa
Karaci sendiri tidak semudah yang kita bayangkan untuk memainkannya, dikarenakan seragam,tameng/perisai dan pemukul memiliki cerita2 yang cukup sakral.
Hingga saat ini, karaci masih di lestarikan dan masih dimainkan. Tidak semua orang boleh memainkan kecuali yang memiliki garis keturuna di masa kerajaan.
Image result for keraci permainan tau samawa
dan permainan rakyat karaci hanya bisa di jumpai di desa kakiang ini, yang masih menyisahkan para garis-garis keturunan para pengawal dan panglima dimasa kerajaan.
Untuk memainkan permainan rakyat karaci ini dipilih dua orang jawara karaci, mereka akan di pakaikan BULANG ( baju adat karaci), mereka akan diiringi oleh alunan suara SERUNAI (semacam suling khas sumbawa ),GENANG (gendang), para jawara sambil meneriakan keras kata-kata HOO HAM berkali-kali dan saling membalas SAKETA/BALAWAS (semacam adu pantun).
Image result for keraci permainan tau samawa
Para jawara-jawara karaci akan di lengkapi dengan pemukul yang terbuat dari rotan yang diikatkan kencang di tangan, dan perisai/tameng yang terbuat dari kulit menjangan/rusa. Mereka akan diadu untuk saling memukul dengan kehebatan masing2 saling menghindar dan jika ada salah satu yang terkena pukulan akan dipisahkan oleh wasit dengan menggunakan bambu panjang dan dikatakan kalah .
Yang uniknya ada satu desa di sumbawa yang konon disebut-sebut sebagai kampung para pengawal-pengawal dan para panglima-panglima kerajaan yaitu desa Kakiang, yang masih menyisahkan para garis-garis keturunan para pengawal dan panglima dimasa kerajaan. untuk menuju ke desa kakiang kita hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit dari kota sumbawa dengan menggunakan transportasi yang ada di dalam kota sumbawa. Tidak sedikit dari para wisatawan lokal maupun manca negara yang datang untuk melihat permainan rakyat karaci ini, dan tidak sedikit dari para agen-agen perjalanan yang menawarkan paket wisata ke desa kakiang.

MAIN JARAN
Image result for main jaran
Main Jaran adalah sebuah permainan tradisional yang ditumbuhkembangkan oleh masyarakat di sekitar Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Sesuai dengan namanya, yaitu “jaran” atau dalam bahasa Indonesia berarti “kuda”, dalam permainan ini para pesertanya akan beradu ketangkasan mengendalikan kuda-kuda mereka dalam sebuah arena pacuan.
Permainan jaran konon sudah ada di daerah Sumbawa sejak zaman Kolonial Belanda. Waktu itu arena permainan masih dilakukan di tanah lapang biasa dan bukan merupakan arena khusus. Pesertanya pun dapat siapa saja asalkan mempunyai kuda yang siap untuk diadu kecepatannya. Adapun atribut yang digunakan baik oleh kuda maupun jokinya masihlah sangat sederhana serta belum memperhatikan faktor keamanan dan keselamatan.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, main jaran ikut pula mengalami perubahan. Permainan sudah bergeser dari permainan untuk sekadar bermain menjadi permainan bertanding. Konsekuensinya, tentu saja permainan semakin kompleks dengan ditambahnya aturan-aturan tertentu bagi kuda pacuan maupun jokinya. Hal ini membuat main jaran akhirnya menjadi suatu ajang untuk menunjukkan prestasi dan gengsi yang sekaligus memberikan nilai ekonomis karena kuda-kuda yang menjadi pemenang harga jualnya melambung tinggi, bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Peralatan Permainan
Peralatan yang digunakan dalam permainan ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu peralatan yang dikenakan oleh joki dan kuda pacuannya. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh seorang joki diantaranya adalah: (1) helm pelindung kepala; (2) kaos atau baju lengan panjang dan celana panjang; (3) ketopong atau sarung kepala sebelum mengenakan helm; (4) Baju ban atau rompi dengan bagian punggung diberi nomor; dan (5) cambuk rotan.

Sedangkan peralatan dan perlengkapan yang dikenakan pada kuda pacuan adalah: (1) jombe atau benang wol yang ditempeli berbagai macam pernak-pernik dan dipasangkan pada muka dan leher kuda; (2) tali kancing yang dipasangkan pada bagian mulut kuda sebagai alat pengendali kuda; (3) kili atau kawat yang dibentuk sedemikian rupa hingga menyerupai angka delapan. Kili digunakan sebagai sambungan antara rantai dengan tali pengendali (tali kancing); dan (4) lapek atau pelana yang terbuat dari alang-alang dan atau daun pisang kering dan diletakkan pada bagian punggung kuda.

Aturan Permainan
Aturan dalam permainan jaran menggunakan sistem guger (gugur). Dalam aturan ini, peserta yang kuda pacuannya kalah tidak boleh mengikuti pertandingan selanjutnya, sementara para pemenangnya akan bertanding lagi hingga memunculkan satu pemenang saja yang berhak menyandang juara di babak final.

Selain peraturan yang mengatur proses balapan antarkuda, ada pula peraturan yang mengklasifikasikan kuda-kuda pacuan dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan kondisi fisik serta “skil” yang dimilikinya. Klasifikasi tersebut diantaranya adalah: (1) Kelas Teka Saru bagi kuda-kuda pemula yang baru pertama kali mengikuti perlombaan; (2) Kelas Teka Pas bagi kuda yang telah mengikuti perlombaan sebanyak 2-3 kali; (3) Kelas Teka A bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan antara 117-120 centimeter; (4) Kelas Teka B bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan minimal 121 centimeter; (5) Kelas OA bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan 126 centimeter yang giginya telah tanggal (nyepo) sebanyak 4 buah; (6) Kelas OB bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan antara 127-129 centimeter; (7) Kelas Harapan bagi kuda telah nyepo dan berpengalaman dengan tinggi badan minimal 129 centimeter; (8) Kelas Tunas bagi kuda berpengalaman dengan tinggi badan minimal 129 centimeter dan gigi tarinya telah tumbuh; dan (9) Kelas Dewasa.

Jalannya Permainan
Main Jaran diawali dengan pendaftaran peserta sekaligus mengambil nomor ban atau nomor urut peserta sesuai dengan kotak pelepasan. Bila telah mendapatkan nomor ban, para joki segera menggiring kudanya menuju ke arah juri yang akan memeriksa kondisi kuda pacuan berikut jokinya. Tujuannya adalah untuk menyeleksi peserta (kuda pacuan) agar berlomba sesuai dengan kelasnya. Selain itu, pemeriksaan juga dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi kecurangan selama permainan berlangsung.

Setelah lolos dari seleksi juri, para joki akan menggiring lagi kuda masing-masing menuju kotak pelepasan sesuai dengan nomor ban yang diterima pada saat pendaftaran. Bila peserta telah berada dalam posisinya masing-masing, juri garis segera membunyikan peluitnya sebagai tanda perlombaan dimulai. Para peserta pun langsung memacu tunggangannya menuju garis finis. Sesuai dengan sistem yang berlaku, bagi peserta yang kalah tidak diperbolehkan lagi mengikuti pertandingan berikutnya. Sementara bagi peserta yang menang akan bertanding lagi dengan pemenang lainnya. Begitu seterusnya hingga babak final untuk menentukan juaranya.

Nilai Budaya

Main jaran, sebagai suatu permainan yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, jika dicermati mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan acuan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu adalah kerja keras dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain (joki) yang berusaha sekuat tenaga memacu kuda pacuannya agar dapat memenangkan permainan. Kerja keras juga terlihat pada proses pelatihan kuda pacuan. Tanpa kerja keras mustahil dapat membuat seekor kuda biasa menjadi kuda pacu yang tangkas, gesit, dan cepat dalam berlari. Dan, nilai sportivitas tercermin dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang selama permainan berlangsung serta mau mengakui kekalahan



ARIF FAJAR ISNAN.....
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

  • MENGENAL ADAT BARODAK TAU SAMAWA
    Mengenal Barodak, Midodareninya masyarakat Sumbawa Ketika akan menikah, sebagai keturunan Indo, saya sempat bingung juga menentukan akan...
  • TEPUNG KHAS TANA SAMAWA
    “Tepung” khas Tana Samawa Jajan pasar adalah nama lain dari kue-kue (biasanya kue basah) tradisional yang awalnya banyak dijual di pasa...
  • KEBUDAYAA SUKU SUMBAWA
    Sabalong samalewa  Inilah motto dari daerah kelahiranku ini. Sumbawa besar adalah salah satu kabupaten yang berada di ...
  • UPACARA ADAT BASUNAT
    UPACARA ADAT BASUNAT Basunat adalah memeotong bagian ujung kelamin anak laki-laki yang berusia antara 3-10 tahun, untuk menjalankan sal...
  • SENI SASTRA SUMBAWA
    Seni Sastra Sumbawa             Pulau Sumbawa merupakan salah satu pulau terbesar di Provinsi NTB yang telah dibentuk berdasarkan Und...
  • KESENIAN DAERAH SUMBAWA
    KESENIAN DAERAH SUMBAWA Berdasarkan KBBI, 816 Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi kehalusan, keindahan, dan...
  • ADAT PERNIKAHAN SUKU SUMBAWA
    ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT SUKU SUMBAWA teman - teman kali ini  s aya mau ajak teman - teman  buat tahu sedikit tentang adat pernika...
  • TRADISI TAU SAMAWA
    TRADISI TAU SAMAWA BARAPAN KEBO Pict : Baliphotopgraphyguide.com NUSANTARA –  Teriakan joki mengiringi kerbau menuju sakak yang d...
  • MAKANAN KHAS DAERAH SUMBAWA
    MAKANAN KHAS DAERAH SUMBAWA SINGAN Singang, begitulah masyarakat di Sumbawa menamai masakan tradisional berbahan ikan segar ini. Ikan...
  • SUKU SUMBAWA
    Suku Sumbawa, Nusa Tenggara Barat suku Sumbawa Suku Sumbawa  atau  Tau Samawa , adalah suku yang terdapat di bagian barat pulau Su...

Recent Posts

LightBlog

Unordered List

  • Follow on Twitter
  • Like on Facebook
  • Subscribe on Youtube
  • Follow on Instagram

Pages

  • Beranda
  • permainan khas daerah sumbawa

Text Widget

Blog Archive

  • Home
  • About
  • Contact
  • 404

Recent

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

  • Home
  • About
  • Contact
  • Features
  • _feature 1
  • _feature 2
  • __feature 3.1
  • __feature 3.2
  • __feature 3.3
  • _feature 4
  • _feature 5
  • Shortcodes
  • Documentation
  • Download this template

Label

Breaking

Recent In Internet

Recent Post

Facebook

LightBlog

Comments

Recent

Adbox

Technology

Welcome To SoraBook

Sample Text

Copyright © SEJARAH TANA SAMAWA | Powered by Blogger
Design by Hardeep Asrani | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Gooyaabi Templates