SEJARAH TANA SAMAWA
  • Home
  • Business
    • Internet
    • Market
    • Stock
  • Parent Category
    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
  • Featured
  • Health
    • Childcare
    • Doctors
  • Home
  • Business
    • Internet
    • Market
    • Stock
  • Downloads
    • Dvd
    • Games
    • Software
      • Office
  • Parent Category
    • Child Category 1
      • Sub Child Category 1
      • Sub Child Category 2
      • Sub Child Category 3
    • Child Category 2
    • Child Category 3
    • Child Category 4
  • Featured
  • Health
    • Childcare
    • Doctors
  • Uncategorized

Rabu, 03 Mei 2017

TARI NGURI DAERAH SUMBAWA

 Unknown     Mei 03, 2017     No comments   

TARI NGURI TARIAN TRADISONAL DARI SUMBAWA, NTB

saya akan membahas tari tradisional sumbawa yaitu tari nguri untuk para pembaca ....
Tarian tradisional satu ini terinspirasi dari salah satu tradisi adat masyarakat Sumbawa pada jaman dahulu. Namanya adalah Tari Nguri. 

Apakah Tari Nguri itu?

Tari Nguri adalah tarian tradisional dari Sumbawa, NTB,  yang dibawakan oleh penari wanita secara berkelompok. Tarian ini menggambarkan keterbukaan dan keramah-tamahan masyarakat Sumbawa yang dicurahkan dalam bentuk gerak tari. Tari Nguri ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Indonesia, khususnya di daerah Sumbawa sendiri sebagai daerah asalnya.

Sejarah Tari Nguri

Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Nguri berawal dari tradisi nguri yang dilakukan oleh masyarakat Sumbawa pada jaman dahulu, dimana masyarakat memberikan semangat kepada raja yang sedang mengalami berbagai masalah atau bencana melalui berbagai persembahan yang diberikannya. Tradisi ini merupakan sebuah dukungan, penghormatan serta pengabdian masyarakat terhadap raja yang memimpin dan menciptakan kemakmuran untuk masyarakat itu sendiri.

Terinspirasi dari tradisi masyarakat tersebut, salah satu seniman dari Sumbawa bernama H. Mahmud Dea Batekal menciptakan Tari Nguri ini. Tarian ini dikemas dengan gerakan yang penuh makna dan gaya khas dari Sumbawa. Tari Nguri ini kemudian mulai dikenal oleh masyarakat melalui berbagai acara budaya yang diselenggarakan di sana. Dalam setiap acara tersebut, tarian ini selalu dijadikan tarian utama yang wajib dibawakan setiap peserta, sehingga dapat berkembang pesat di kalangan masyarakat Sumbawa.

Nilai-nilai dan Fungsi Tari Nguri

Seperti yang dikatakan sebelumnya, tarian ini berawal dari tradisi adat masyarakat Sumbawa yang dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan pengabdian masyarakat terhadap pemimpin mereka. Selain terdapat nilai historis di dalamnya, tarian ini juga memiliki berbagai nilai-nilai tentang kehidupan seperti kesopanan, keramahan, kelembutan serta bagaimana peran masyarakat terhadap pemimpin untuk menciptakan kesejahteraan bersama.

Pertunjukan Tari Nguri

Tari Nguri ini biasanya ditampilkan oleh penari wanita secara berkelompok. Dalam pertunjukannya, para menari dengan gerakan lemah lembut yang mengedepankan kesopanan dan keramahan. Gerakan dasar dalam tarian ini terdiri dari gerak batanak, gerak nyema, gerak tebe, linting sere, jempit tope dan lunte begitik. Gerakan tersebut dikreasikan menjadi satu rangkaian gerakan penghormatan dan persembahan. Dalam pertunjukan Tari Nguri ini biasanya diiringi oleh alunan musik tradisional seperti gong, genang/gendang, rebana besar, serunai pelampong, dan satung serek.

Kostum Tari Nguri

Kostum yang digunakan penari dalam pertunjukan Tari Nguri ini biasanya merupakan busana tradisional khas dari Sumbawa. Busana tersebut di antaranya, baju lengan pendek dengan ukuran yang agak besar. Pada bagian bawah menggunakan kain panjang dan rok pendek pada bagian luar sebagai pemanis. Pada bagian kepala, rambut penari digelung dan diberi semacam bando atau mahkota. Selain itu berbagai aksesoris seperti kalung, anting dan hiasan bunga yang membuat penari terlihat cantik dan anggun.

Perkembangan Tari Nguri

Dalam perkembangannya, Tari Nguri ini masih terus dipelajari dan dilestarikan oleh para seniman di daerah Sumbawa, NTB. Berbagai variasi juga sering dilakukan di setiap pertunjukannya, baik dalam segi gerak, kostum maupun penyajian pertunjukannya. Hal ini dilakukan agar lebih menarik dan bervariasi, namun tidak meninggalkan keasliaannya. Tari Nguri juga masih sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu penting dan festival budaya, baik tingkat daerah, nasional, bahkan internasional.

Sekian pengenalan tentang “Tari Nguri Tarian Tradisonal Dari Sumbawa, NTB”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang ragam kesenian tradisional di Indonesia.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

SUKU SUMBAWA

 Unknown     Mei 03, 2017     1 comment   

Suku Sumbawa, Nusa Tenggara Barat


suku Sumbawa
Suku Sumbawa atau Tau Samawa, adalah suku yang terdapat di bagian barat pulau Sumbawa di provinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia. Populasi suku Sumbawa adalah sebesar 500.000 orang.

Suku Sumbawa tersebar di dua kabupaten, yaitu kabupaten Sumbawa dan kabupaten Sumbawa Barat yang meliputi kecamatan Empang di ujung timur hingga kecamatan Taliwang dan Sekongkang yang berada di ujung barat dan selatan pulau, termasuk 38 pulau kecil di sekitarnya.

Suku Sumbawa sendiri, selama beberapa abad ini mengalami percampuran dengan etnis pendatang, seperti etnis dari jawa, sumatra, sulawesi, kalimantan dan cina serta arab. Suku Sumbawa yang telah bercampur dengan etnis lain ini, biasanya bermukim d dataran rendah dan daerah-daerah pesisir. Sedangkan suku Sumbawa yang masih asli menempati dataran tinggi pegunungan seperti Tepal, Dodo dan Labangkar.

Suku Sumbawa berbicara dalam bahasa Sumbawa. Bahasa Sumbawa menjadi bahasa persatuan atau bahasa pengantar di pulau ini, sehingga etnis-etnis pendatang yang tinggal di pulau ini pun berbicara dalam bahasa Sumbawa.

Menurut Mahsun (2002), bahwa bahasa Sumbawa Purba pecah menjadi 4 dialek yang ada sekarang ini, sebelumnya terdiri dari 2 dialek, yaitu dialek Taliwang-Jereweh-Tongo dan dialek Sumbawa besar yang menjadi cikal bakal dialek Seran. Kemudian berkembang lagi seiring perjalanan waktu hingga memasuki fase historis, dialek Taliwang-Jereweh-Tongo pecah lagi menjadi 3 dialek yang berdiri sendiri.
Dalam bahasa Sumbawa sekarang dikenal beberapa dialek bahasa berdasarkan daerah penyebarannya, yaitu dialek Samawa, Baturotok (Batulante) dan dialek-dialek lain yang dipakai di daerah pegunungan Ropang seperti Labangkar, Lawen (Selesek), serta penduduk di sebelah selatan Lunyuk, selain juga terdapat dialek Taliwang, Jereweh dan dialek Tongo.
Selain itu masih terdapat sejumlah variasi dialek regional yang dipakai oleh komunitas tertentu, misalnya dialek Taliwang yang diucapkan oleh penutur di Labuhan Lalar, yang merupakan keturunan campuran etnis Bajau yang berbeda dengan dialek Taliwang yang diucapkan oleh orang di kampung Sampir yang merupakan keturunan campuran etnis Mandar, Bugis dan Makassar.

rumah adat suku Sumbawa
Bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di daerah Sumbawa, berupa sarkofagus,nakara dan menhir, mengindikasikan bahwa Sumbawa Purba telah memiliki kepercayaan dan bentuk-bentuk ritual penyembahan kepada arwah nenek moyang mereka. Konsep-konsep tentang kosmologi dan perlunya menjaga keseimbangan antara dirinya dengan makrokosmos terus diwariskan lintas generasi hingga masuknya kebudayaan Hindu-Budha, bahkan peradaban Islam di Sumbawa.

Diperkirakan agama Hindu-Budha berkembang pesat di kerajaan-kerajaan kecil Sumbawa sekitar dua ratus tahun sebelum masuknya Kerajaan Majapahit ke wilayah Sumbawa ini. Beberapa kerajaan itu antara lain: Kerajaan Dewa Mas Kuning di Selesek (Ropang), Kerajaan Airenung (Moyo Hulu), Kerajaan Awan Kuning di Sampar Semulan (Moyo Hulu), Kerajaan Gunung Setia (Sumbawa), Kerajaan Dewa Maja Paruwa (Utan), Kerajaan Seran (Seteluk), Kerajaan Taliwang, dan Kerajaan Jereweh.

Masyarakat suku Sumbawa mayoritas memeluk agama Islam. Sebagian kecil masyarakat suku Sumbawa menganut aliran Islam, yaitu Islam Wetu Telu. Aliran Islam Wetu Telu ini agak berbeda dengan agama Islam di Indonesia pada umumnya, diperkirakan penganut aliran Islam Wetu Telu ini hanya sekitar 1% dari jumlah total suku Sumbawa. Menurut Zolinger, agama Islam masuk ke pulau Sumbawa antara tahun 1450–1540 yang dibawa oleh para pedagang Islam dari Jawa dan Melayu, khususnya Palembang.
Orang Sumbawa termasuk fanatik dalam memeluk agama Islam. Bahkan begitu sensitif dan mudah digelorakan untuk berjihad demi membela kepentingan agamanya, serta kelihatan antipati dan menolak terhadap bentuk-bentuk keyakinan agama lain selain Islam. Namun dalam praktek keseharian, mereka masih percaya pada makhluk-makhluk halus yang dianggap bisa mendatangkan musibah berupa bencana dan penyakit pada manusia. Mereka percaya adanya baki atau makhluk halus yang tinggal di hutan dan di pohon-pohon besar, terutama beringin, kono atau makhluk halus yang sering berkeliaran di tempat-tempat sepi di siang hari, dan leak atau orang jahat yang bisa berubah menjadi binatang dan gemar makan ketuban serta minum darah bayi yang baru dilahirkan.

Sistem kekerabatan dan keturunan suku Sumbawa adalah bilateral, yaitu sistem penarikan garis keturunan berdasarkan garis silsilah nenek moyang laki-laki dan perempuan secara serentak. Dalam sistem kekerabatan ini, baik kerabat pihak ayah mapun pihak ibu diklasifikasikan menjadi satu dengan istilah yang sama, misaleaq untuk saudara tua ayah atau ibu, dan nde untuk saudara yang lebih muda dari ayah atau ibu. Kelompok keluarga yang lebih luas yaitu pata, yaitu kerabat dari laki-laki atau wanita yang ditarik dari kakek atau nenek moyang sampai derajat keenam, sehingga dalam masyarakat Sumbawa dikenal sepupu satu, sepupu dua sampai sepupu enam.
adat pernikahan
Tata cara perkawinan dalam masyarakat Sumbawa diselenggarakan dengan upacara adat yang kompleks, mirip dengan prosesi perkawinan adat Bugis-Makassar yang diawali dengan bakatoan (bajajak), basaputis, nyorong dan upacara barodak pada malam hari menjelang kedua calon pengantin dinikahkan. Upacara barodak ini mengandung unsur-unsur kombinasi ritual midodareni dan ruwatan dalam tradisi Jawa.
pacuan kuda Sumbawa
Masyarakat suku Sumbawa pada umumnya hidup pada bidang pertanian. Mereka menanam padi di sawah dengan menggunakan peralatan tardisional berupa cangkul atau bingkung, rengala, dan kareng sebagai peralatan bajak dengan memanfaatkan hewan peliharaan seperti sapi dan kerbau. Dalam menggarap ladang mereka masih menggunakan cara tradisional, yaitu dengan membakar lahan pertanian agar mempermudah proses penanaman beberapa jenis tanaman pangan. Kegiatan lain adalah menangkap ikan. Mereka menggunakan peralatan seperti pancing, kodong dan belat yang berfungsi sebagai perangkap dimanfaatkan untuk menangkap ikan di sungai ataupun di rawa-rawa, sedangkan peralatan berupa jaring dipakai untuk menangkap ikan di laut. Selain itu mereka juga berburu (nganyang) dengan menggunakan peralatan tear atau tombak dan poke atau tombak bermata dua, lamar atau jerat, dan dengan membawa beberapa ekor anjing pemburu. Kegiatan lain mereka adalah meramu hasil hutan untuk dijadikan bahan makanan seperti umbi-umbian, buyak atau pucuk-pucuk rotan, serampin atau sari batang enau, madu lebah, jamur-jamuran, dan akar-akaran sebagai bahan pembuatan minyak tradisional.
Mereka juga memelihara hewan ternak seperti kuda, sapi, dan kerbau yang biasanya dilepas di padang-padang gembala.
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

MENGENAL ADAT BARODAK TAU SAMAWA

 Unknown     Mei 03, 2017     No comments   

Mengenal Barodak, Midodareninya masyarakat Sumbawa


Ketika akan menikah, sebagai keturunan Indo, saya sempat bingung juga menentukan akan menggunakan adat mana untuk menikah. Maklum saja, Papa suku Sumbawa, Mama keturunan Arab Medan, calon suami suku Sunda totok, dan kami akan menikah di Bandung. Loh Indo darimana? Indonesia maksudnya.
Setelah dipilih-pilih mana kostum yang paling cantik, akhirnya diputuskan untuk memilih menggunakan adat nasional saja agar netral. Kecuali untuk satu prosesi malam sebelum akad nikah, diputuskan untuk mengambil adat Sumbawa yang unik. Selain untuk menghormati dan melestarikan adat tradisional suku Sumbawa yang populasinya hanya sekitar 1,9 juta jiwa. Sekaligus juga sebagai ajang mengenalkan budaya itu kepada kerabat di tanah Sunda ini.
Prosesi ini dikenal dengan nama Barodak. Karena dilaksanakan pada malam sebelum pernikahan, Barodak ini sejenis dengan Midodareni-nya suku Jawa atauNgeuyeuk Seureuh-nya suku Sunda.

Barodak sebagai bagian prosesi pernikahan

Odak
Odak
Walau saya hanya akan menjalani proses Barodaknya saja, ada baiknya kita mengetahui dulu bagaimana prosesi utuh dari pernikahan adat Sumbawa. Di jaman dahulu kala, calon pengantin tidak saling mengenal dan biasanya dijodohkan oleh orang tua. Istilahnya Samulung dalam bahasa Sumbawa.
Prosesi untuk menikah, diawali dengan “Bajajak” atau penjajagan dari pihak pria terhadap si gadis. Pihak laki-laki harus memastikan dulu, apakah si gadis sudah di-Samulung-kan oleh orangtuanya dengan pria lain atau tidak.
Selanjutnya masuk ke prosesi kedua, dimana orangtua si pria akan menemui orangtua si gadis untuk menyampaikan keinginannya menikahkan putranya. Prosesi ini disebut “Olo Leng” untuk mengikat kedua anak mereka agar tidak dijodohkan dengan orang lain. Ini baru tahap pra meminang. Baru setelah ada kesiapan materi (biasanya setelah panen), orang tua pria akan resmi melamar si gadis dalam prosesi “Bakatoan” atau melamar.
Setelah lamaran diterima, diteruskan dengan “Basaputis” atau memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan rencana pernikahan, seperti hari baik, biaya dan lain-lain. Keluarga si gadis biasanya meminta “Mako” yang meliputi “Pipis Belanya” (sejumlah uang), “Isi Peti” (emas perhiasan), “Isi Lemari” (pakaian, alas kaki, dan isi lemari si gadis), “Soan Lemar” (beras, gula, minyak, kayu bakar sampai kerbau atau sapi). Jadi disini terjadi tawar-menawar alot yang bahkan bisa berakibat batalnya rencana pernikahan.
Jika semua sudah sepakat, proses selanjutnya adalah “Bada” atau menyampaikan pemberitahuan dan “Nyorong” atau memberikan antaran yang telah disepakati.
Acara “Nyorong” ini biasanya dilakukan bersamaan dengan “Barodak” di malam sebelum akad nikah.
Kemudian keesokan harinya dilaksanakan “Nikah”, “Rame Mesa” (meramaikan di tempat acara) dan diakhiri dengan “Tokal Basai” atau resepsi.

Prosesi Barodak

Barodak berasal dari kata Odak yang artinya luluran. Sering juga disebut Barodak Rapancar, karena selain luluran, juga dilakukan proses memerahkan kuku tangan dengan daun pacar.
Intinya, ini proses untuk mempercantik diri si calon pengantin. Makna yang lebih dalam adalah untuk penyucian diri bagi calon pengantin untuk memasuki kehidupan rumah tangga.
Baru mempercantik diri malam sebelum pernikahan? Emang keburu?
Jadi Barodak memang resminya dilaksanakan malam sebelum akad nikah di rumah masing-masing mempelai. Sejatinya, Barodak dilaksanakan sejak persiapan pernikahan dilaksanakan dan itu bisa berlangsung sekitar 1 bulan.

3 Tahap Barodak

Menurut Hasanuddin, seorang budayawan Sumbawa yang juga perias pengantin, ada 3 tingkatan barodak, yaitu: Odak Mamak, Odak Babak, dan Odak Ramurin.
Odak Mamak (mangir) yang dipakai pertama kali terbuat dari ramuan sirih pinang, beras dan buah meriga. Fungsinya untuk membersihkan tubuh dari kotoran.
Odak babak (odak pusuk) dipakai pada tahap kedua terbuat dari kulit-kulit kayu pilihan dan pucuk daun tertentu dengan beras sebagai pengikatnya. Fungsinya untuk menghaluskan kulit.
Dan Odak Ramurin sebagai tahap terakhir menggunakan bahan yang dicampur dengan serbuk emas (sejujurnya sih, air rendaman emas) dan kuning telur merpati. Fungsinya sebagai pengencang kulit setelah kotoran dibersihkan dan kulit dihaluskan pada tahap sebelumnya. Nah Odak Ramurin ini yang dijadikan bahan dalam upacara Barodak pada malam sebelum akad nikah. Jadi sebenarnya Malam Barodak hanyalah sekedar finishing touch saja.
Kalau di tanah Jawa kita mengenal istilah siraman bagi calon pengantin, bagi masyarakat Sumbawa dikenal sebagai “Maning/Pani Pangantan” atau mandi pengantin yang juga menjadi prosesi pembuka upacara Barodak. Tidak tanggung-tanggung, ada 3 proses Maning Pangantan.
Pertama Maning Pangantan Jeruk Ayoram yang dilakukan menjelang upacara Barodak. Adalah mandi suci pertama bagai calon pengantin untuk menyucikan jiwa dan raga sebelum memasuki tahapan kehidupan baru. Calon pengantin akan dimandikan dengan perasan jeruk Sumba dan di keramas dengan air merang dan santan kelapa.
Kedua adalah Maning Pangantan Tokal Basai dan Maning Basasopo. Adalah mandi menjelang akad nikah dan setelah akad nikah.
Dan yang ketiga adalah Maning Pangantan Basasuci dan Pongkas Kalamung yang dilakukan setelah malam pengantin. Seluruh proses Maning Pangantan ini dilakukan oleh seorang wanita yang disebut Ina Odak.
Sebelum mandi kembang, calon pengantin dilulur dengan beras yang disangrai hingga hitam seperti kopi dan keramas dengan santan kelapa. Air kembang ditempatkan pada tempat khusus dari batu berukuran besar yang disebut “Teleku batu.” Air kembang terdiri dari kembang kamboja, mayang buak (bakal kembang pinang), daun beringin, pandan dan sapu rancak. Dimasukkan juga sebutir telur mentah dan uang logam. Calon pengantin didudukkan pada alat tenun tradisional yang disebut penesek yang diatasnya ditutupi kain putih. Setelah Maning pengantan selesai, dimulailah upacara Barodak.
Saya sendiri tidak menjalani perawatan Odak tahap 1,2  dan Maning pangantan karena tenaga ahli Barodak yang diimpor langsung dari Sumbawa baru datang hanya beberapa hari sebelum hari H. Sesuai tradisi Islam, Maning Pangantan diganti dengan pengajian.

Nyorong alias seserahan

Pada malam sebelum akad nikah – tepatnya 16 Juni 2006, acara malam Barodak di mulai dengan menyambut kedatangan pihak keluarga calon pengantin pria. Si pengantin prianya tidak ikut hadir malam ini.
Hakikatnya Nyorong ini mengantarkan apa-apa yang sudah diputuskan dalam Basaputis sebelumnya. Versi umumnya seserahan lah. Hanya yang unik, para keluarga calon besan ini tidak boleh langsung masuk rumah calon pengantin wanita. Ada tesnya dulu supaya bisa melewati batas yang ditandai dengan pita. Batas ini namanya “Lawang Rare.”
Syaratnya harus berbalas pantun atau lawas dalam bahasa Sumbawa.
Serius? Iya.
Bagaimana caranya keluarga pengantin pria yang Sunda totok bisa berbahasa Sumbawa? Versi pantun yang notabene semestinya sastra tingkat tinggi lagi.
Dan ternyata mereka memang bisa. Mau tahu rahasianya? Kebetulan ada keluarga dari Sumbawa yang menikah dengan orang Sunda dan sudah bertahun-tahun tinggal di Sumbawa. Jadilah si Om ini yang mewakili keluarga besan untuk berbalas lawas dalam bahasa Sumbawa yang faseh.
Berikut sedikit contoh lawas pihak pria:
Kamu pesan Kami datang (Kalian undang Kami datang)
Lawang mu purat ke barit (Mengapa pintu ditutup)
Ya Mu Ano Ke Nyonde Ta (Panas lah kami semua)
Dan akan dijawab pihak wanita seperti ini:
Malema sempu malema (Mari kerabat marilah)
Sapuan mo le ku tari (Sudah lama kami menunggu)
Tutu lampa kal leng tutu (Benar juga kata terucap)
Nyorong Barodak
Nyorong Barodak
Setelah saling berbalas lawas, akhirnya pintu dibukakan dengan ditandai dengan pengguntingan pita. Kemudian seserahan diserahkan dan dimulailah acara inti Barodak yang diutamakan untuk disaksikan para wanita.
Calon pengantin dirias dengan adat sumbawa dan didudukkan pada sebuah panggung kecil beratap bernama Cinroang. Calon pengantin duduk diatas tikar khusus yang disebut samparumpuk yang dilapisi dengan 7 lembar kain berwarna-warni. Tikar dan kain ini dipercaya dapat menangkal niat jahat.
Acara dimulai dengan Ina Odak menyalakan lilin/dila sebagai simbol dari harapan adanya cahaya terang yang akan menyinari perjalanan perkawinan. Selama proses ini berlangsung, musik tradisional Sumbawa yang terdiri dari Ratib dan Gong Genang ikut mengiringi jalannya ritual.
Ina Odak yang juga tante saya
Ina Odak 
Ina odak lalu menyuruh calon mempelai wanita untuk memasukan cincin khusus  ke mulutnya menggunakan sendok makan yang telah ditaburi gula pasir. Baru setelah itu Ina Odak meluluri calon pengantin, dimulai dari wajah hingga tangan.
Beberapa undangan yang dianggap tetua dan patut memberi teladan diminta untuk memberikan odak dengan mengoleskan lulur pada wajah dan tangan calon pengantin. Dalam acara Barodak saya, ada 9 orang yang ikut memberi Odak. Termasuk juga calon ibu mertua. Lucunya, banyak juga para tetua yang memang bukan orang Sumbawa ini yang agak kagok mengoleskan luluran di wajah saya yang sudah cantik. Khawatir merusak riasan sepertinya. Halah…
Di Odak oleh para wanita yang dihormati.
Di Odak oleh para wanita yang dihormati.
Sebelum ritual berakhir, Ina Odak akan memastikan lulur telah merata pada wajah dan tangan calon pengantin. Kemudian ia memercikkan air kembang dan memutar lilin melingkari kepala calon pengantin. Ini menjadi simbol menolak hal-hal yang membahayakan si pengantin selama menjalankan kehidupan berumah tangga. Baru setelah itu lilin ditiupkan di depan wajah dan asapnya ditempelkan pada kepala si calon pengantin.
Katanya sih kalau di Sumbawa, jika kedua pengantin masih memiliki hubungan kerabat, Barodak dilaksanakan bersama dirumah pengantin perempuan. Namun jika tidak, barodak dilakukan dirumah masing-masing. Alasannya karena masing-masing keluarga punya cara dan bahan odak yang berbeda dan juga karena alasan tidak boleh bertemu sebelumnya.
Bagaimana dengan saya yang calon suaminya orang Sunda? Ya dia diam saja di rumah. Ngakunya sih sambil nonton bola sendirian. Ceritanya kan nggak boleh bertemu dulu sampai besok akad nikah. Padahal seluruh keluarganya berada di tempat saya untuk menyerahkan seserahan dan menghadiri Barodak.

Bahan Odak

Bahan odak ternyata memiliki filosofi tertentu yang menarik untuk disimak. Bahan dasar lulur adalah daun sirih yang disebut eta. Bukan sembarang sirih, tapi sirih yang urat-uratnya bertemu pada satu titik. Jadi salah satu urat sirih bagian kiri sebagai simbol perempuan akan bertemu dengan urat bagian kanan sebagai simbol laki-laki. Dua titik tersebut akan bertemu pula dengan urat daun sirih yang membelah sirih tersebut menjadi dua sebagai simbol masyarakat sosial. Filosofinya adalah ketiga garis dari urat daun sirih tersebut akan saling bertemu dan membentuk satu titik. Artinya bahwa pernikahan tersebut diterima oleh kedua pihak dan juga masyarakat di mana tempat mereka akan menjalankan kehidupan berumahtangganya. Harapannya kehidupan mereka akan bahagia, damai dan sejahtera.
Image result for lilin sebagai bahan dalam adat barodak tau samawa
Dila (lilin) dan bahan-bahan Barodak
Ada pula buah pinang, yang merupakan simbol hati yang jika dibelah rupanya akan
persis sama. Ini mengandung makna yang menggambarkan pertautan hati kedua
mempelai yang utuh dan sama.
Ada juga bagik atau asam yang berwarna hitam pekat. Asam jawa ini banyak digunakan masyarakat Sumbawa untuk membersihkan kotoran sebagai bahan lulur. Harapannya, agar perempuan yang akan menjadi istri ini nantinya, memiliki hati yang bersih tak punya hasrat dengki pada orang lain.
Ada pula beras yang selalu ada dalam tiap ramuan odak, sebagai simbol kemakmuran
dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan.
Benar-benar sebuah tradisi yang sarat makna dan perlu kita lestarikan. Bangga rasanya saya dapat kesempatan untuk menjalaninya. Terima kasih tak terhingga untuk para keluarga yang ikhlas mengimpor budaya indah ini ke Bandung 9 tahun yang lalu.
Shanty&Yogi dalam adat sumbawa
selamat membaca ... !!!!
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

ADAT PERNIKAHAN SUKU SUMBAWA

 Unknown     Mei 03, 2017     No comments   

ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT SUKU SUMBAWA


teman - teman kali ini saya mau ajak teman - teman  buat tahu sedikit tentang adat pernikahan masyarakat sumbawa (bagian barat)




Pernikahan adalah suatu yang sangat sakral, karena merupakan Awal dari kehidupan baru manusia. Dalam     Al-Qur’an dan haditz juga di wajibkan bagi sesorang yang sudah siap lahir dan batin untuk menikah untuk menyempurnakan ibadahnya serta mengikuti Sunnah Rasul Allah. Pernikahan juga dikatakan sebagai pembuka pintu rizki.
Kali ini saya ingin mengulas tentang bagaimana Adat Pernikahan Masyarakat Sumbawa khususnya masyarakat Sumbawa bagian barat dan timur.  

Adapun tahapan – tahapan dalam pernikahan pada masyarakat Sumbawa yaitu :
J  BAJAJAK (Silahturrahmi antar kedua belah pihak keluarga)
Bajajak adalah pertemuan dua keluarga, atau silahturahhmi antar kedua keluarga. Dalam Bajajak ini lebih kepada perkenalan antar kedua belah pihak keluarga. Pihak laki – laki dating menemui pihak perempuan dengan maksud ingin mengetahui apakah ada orang lain yang sudah meminang atau melamar si perempuan atau tidak. Seandainya tidak ada maka pihak laki – laki akan menyatakan maksud kalau mereka ingin melamar si perempuan untuk anak laki – laki mereka.
J  TAMA BAKATOAN (Melamar)
Tama Bakatoan (Melamar) yaitu dimana pihak laki – laki datang menemui pihak perempuan dan membicarakan tentang pernikahan. Dalam adat masyarakat Sumbawa, saat proses Bakatoan itu pihak laki – laki datang ke rumah pihak perempuan dengan membawa SITO.
SITO adalah bungkusan segi empat yang diisi dengan kain kebaya, dan uang seikhlasnya, kemudian bungkusan itu diletakan diatas piring dan dibungkus dengan kain putih. Sito ini digunakan sebagai lambang diterima atau tidaknya lamaran tersebut. Apabila Sito ini di terima maka lamaran diterima, tapi apabila Sito ini dikembalikan maka Lamaran tersebut tidak diterima.
J  SAPUTES LENG (Keputusan Akhir)
Setelah lamaran diterima oleh pihak perempuan maka yang dilakukan selanjutnya yaitu Saputes Leng (keputusan Akhir. )Dalam proses ini kedua belah pihak membicarakan tentang berapa banyak barang – barang yang harus dipenuhi oleh pihak laki – laki, proses ini lebih pada mufakat. Dan banyaknya barang tersebut berdasarkan keputusan kedua belah pihak agar hajat pernikahan tercapai.
J  BADA PANGANTAN (Memberitahukan mempelai perempuan bahwa dia akan dinikahkan)
Pada Prosesi ini yaitu memberitahukan kepada mempelai perempuan bahwa dia akan dinikahkan. Yang memberitahukan mempelai perempuan dalam prosesi ini biasanya seorang Nyai.
Contoh Kalimat yang biasa dipake Nyai saat memberitahukan mempelai perempuan misalnya:
Man mo les tama Siti e…, apa kusabale saparah kau ke si Jadok (janganlah sering keluar masuk atau jalan – jalan Siti e…, karena kamu akan saya jodohkan dan nikahkan kamu dengan si Jadok)
Prosesi ini biasanya diiringi dengan Baguntung dan Bagenang. Baguntung yaitu memukul Rantok (alat menumbuk padi tradisonal Sumbawa) menjadi sebuah melodi yang indah.
J  BASAMULA
Basamula yaitu proses mengawali pekerjaan, atau hajatan yang dimaksud. Proses ini dilakukan dengan mengadakan Nuja Rame (menumbuk padi rame - rame), dengan mengajak semua sanak saudara dan warga kampong yang perempuan. Serta membuat atau memasak minyak Kelapa dengan syarat hanya 3 butir kelapa. Pertanda sebagai awal mengawali semua kegiatan atau pekerjaan dalam hajatan.
J  SORONG SERAH
Sorong Serah yaitu prosesi dimana pihak laki –laki membawa hantaran berupa apa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Acara Sorong Serah ( Nyorong) ini biasanya dilaksanakan dengan sangat meriah dengan iringan ratib rabana ode, bagenang, dll.
J  SATOKAL AI’



Yaitu Prosesi dimana dalam adat suku Sumbawa ada seorang ketua ritual yang mengatur alat – alat ritual seperti : Telku Batu (kendi batu), tebu, payung, pisang matang dan pisang mentah, Padi gutis, dll. Proses ini juga diiringi oleh Bagenang, air yang ditaruh didalam kendi batu tsb digunakan untuk memandikan mempelai dan mempelai dimandikan diatas TUTUK APIT (bagian dari alat menenun)
J  BAGENANG



Bagenang adalah memukul gendang (alat music yang dibuat dari kulit sapi, kerbau, atau kulit kambing) yang dikombinasikan dengan gong dan seruling menjadi sebuah nada dengan berbagai jenis seperti Serama, Pakan Jaran, dll.
J  BARODAK (Luluran)




Barodak atau luluran adalah salah satu prosesi atau ritual dalam pernikahan masyarakat Sumbawa. Prosesi ini biasanya dilakukan 3 hari 3 malam sebelum akad nikah dilaksanakan. Dimulai dari prosesi awal yang dinamakan Bajalok ( dilulurin oleh 7 Nyai ) dengan diiringin oleh genang, gong, seruling, dll. Dan proses selanjutnya dilakukan oleh INA PANGANTAN (orang yang dipercaya untuk menanggung jawab prosesi itu sampai akhir). Diakhir prosesi awal mempelai dikelilingi dengan lilin lalu ditiup oleh mempelai sebagai lambang biar wajah mempelai berseri – seri di hari pernikahannya. Setelah prosesi itu dilakukan prosesi BADAIT. BADAIT yaitu menghilangkan bulu – bulu halus dari tubuh mempelai sebagai tanda mempelai akan mengakhiri masa lajangnya.
J  AKAD NIKAH
Prosesi sacral dalam menuju kehidupan baru, dimana Wali / orang tua menikahkan / menyerahkan putrinya kepada mempelai laki- laki sebagai awal orang tua melepas putrinya untuk menjalani hidup baru. Prosesi akad nikah ini dilakukan oleh mempelai laki – laki setelah sah baru mempelai laki – laki dipertemukan dengan mempelai perempuan.
J  RESEPSI
Resepsi di lakukan setelah prosesi akad nikah. Resepsi ini dilaksanakan bila kedua belah pihak sepakat tapi bila keadaan tidak memungkinkan biasanya resepsi ini tidak dilaksanakan. 

terima kasih ......
oleh : ARIF FAJAR ISNAN
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

UPACARA ADAT BASUNAT

 Unknown     Mei 03, 2017     No comments   

UPACARA ADAT BASUNAT

Basunat adalah memeotong bagian ujung kelamin anak laki-laki yang berusia antara 3-10 tahun, untuk menjalankan salah satu sunnah rasul. Pada anak-anak perempuan, kegiatan basunat ini di namakan ’ Batoba “. Sering juga terjadi bahwa anak-anak yang di sunat telah berumur lebih dari 10 tahun pada laki-laki. Dan pada perempuan juga terjadi pada umur kurang dari 3 tahun. Salah satu tujuan basunat untuk kebersihan dan kesehatan anak.
Image result for ADAT BASUNAT
https://www.google.co.id/search?q=ADAT+BASUNAT&espv=2&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwitprXS4tPTAhXGL48KHQBfBOIQ_AUICigB&biw=1280&bih=709#imgrc=0QJXDSby7hVP6M:

Ada beberapa tahapan dalam acara basunat sebagai berikut : 1). Barodak : 2). Basunat : 3). Barupa .
Sehari sebelum anak di sunat , dilakukan acara barodak, yaitu member lulur pada sekujur tubuh anak agar harum, bersih dan segar. Biasanya acara barodak ini di eriahkan oleh ratib rebana ode atau music gong genang. Anak yang akan di sunat biasnya di kenakan pakaian da kain sarung yang bersih dan berwarna putih atau berwarna kuning. Kain sarung tersebut dinamakan “ Awi “.
Pada saat anak di sunat selalu diiringi dengan acara sarakal. Biasnya anak di beri makan telur ayam yang direbus. Ornag yang bertugas untuk menyunat atau memotong ujung kelamin anak adalah sandro sunat. Atau mantri kesehatan atau dokter.
Setelah anak di sunat, di lakukan acara barupa , yaitu pemberian hadiah kepada anak yang telah disunat oleh sanak saudara dan handai taulan ataupun oleh semua orang yang hadir di tempat itu. Hadiah-hadiah itu biasanya berupa unag atau barang, sehingga anak menjadi gembira dan melupakan rasa takut dan rasa sakitnya akibat di sunat. Dalam rangka acara basunat ini biasanya di semarakkan dengan kegiatan-kegiatan permainan rakyat gentao, yaitu semacam permainan pencak silat.

Image result for ADAT BASUNAT

silahkan membaca ..!!!
Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg

Selasa, 02 Mei 2017

TEPUNG KHAS TANA SAMAWA

 Unknown     Mei 02, 2017     No comments   

“Tepung” khas Tana Samawa

Jajan pasar adalah nama lain dari kue-kue (biasanya kue basah) tradisional yang awalnya banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Daya tahan dari jajanan pasar biasanya tidak berlangsung lama karena aslinya jarang yang memakai pengawet. Kebanyakan menggunakan santan kelapa untuk menambah cita rasa gurih. Pembuatan kue-kue ini juga rata-rata memakai bahan-bahan dan cara yang tradisional. Bahan baku utama seperti tepung beras, ketan, singkong, ubi dan kelapa adalah bahan yang sering digunakan untuk membuat kue-kue tradisional.
            Dan kali ini saya akan berbagi beberapa resep kue khas daera sumbawa yang tidak terdapat didaerah lainnya di Indonesia.

1.      Manjareal
Manjareal merupakan kue khas Sumbawa yang terbuat dai bahan kacang tanah yang dihaluskan dengan cetakan daun lontar. Bentuk cetakannya bermacam-macam salah satunya berbentuk kemang setange. Manjareal ini disajikan langsung dengan cetakannya. Saat dimakan, teksturnya terasa padat beremah namun meleleh di mulut, seperti memakan gula donat. Rasanya manis dengan aroma kacang yang lamat-lamat. Cara pembuatannya sedrana
Bahan: ½ kg gula pasir, 1kg kacang tanah dan daun lontar kering yang suda di bentuk.
Cara pembuatan:
a.       Rendam kacang dengan air panas selama semalaman
b.      Kupas kulit kacang lalu rebus sampai masak
c.       Buat caramel dai gula pasir, masukkan kacang yang tela ditumbuk, aduk sampai rata
d.      Masukkan adonan kedalam cetakan yang terbuat dari lontar kering
e.       Jemur sampai kering

f.       Hidangkan tanpa melepaskan cetakannya


https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTp1Z_i_dEE47sfPoY2cl3qxwkc_2h05mksnoKaJzgkPNO7CBlqMU_Hd5A
1.      Galianok
Galianok merupakan Jajanan yang terbuat dari tepung beras. Penganan ini biasanya disajikan pada saat berbuka puasa atau ketika acara-acara gotong royong. Satu porsi dapat dinikmati oleh ratusan orang. Dinamakan Galianok, karena inti sarinya berada pada bagian bawah. Jadi, apabila mencicipi penganan ini lebih baik mengambil hingga bagian bawah yang terdapat air gula. Bahan :
½ kg tepung beras
½ kg gula merah
2 gelas santan
½ sdt kapur sirih
Air
Cara membuatnya :
Campur tepung beras dengan 2 gelas santan cair, masukkan kapur sirih aduk rata
Masak hingga keliatan mengkilat
Masukkan 3 sendok makan gula dalam mangkok lalu tuangkan adonan yang masih panas di atas gula tadi
Kalau gula sudah meleleh dan agak dingin tepungnya lalu tuang santan di atasnya.
https://scontent-sit4-1.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/14203093_296149184095969_8993930931903235699_n.jpg?oh=f101e59b1aa128693823f5445b32fe26&oe=59BD9724

1.      Batukumung
Bahan :
- 2 butir Telur ayam
- 4 sdm Tepung beras
- 1/2 gelas Minyak goreng
- 1/4 gelas Air
- 1/2 gelas Gula pasir
- 1/2 sdt Garam



Cara Membuat :
1. Kocok telur hingga kembang.
2. Masukkan tepung dan garam, kemudian aduk hingga rata.
3. Bentuk dengan sendo bundar + sebesar kelepon.
4. Goreng dengan minyak yang panasnya sedang hingga berwarna kuning.
5. Rebuslah gula dan air hingga kental sekali.
6. Masukkan kue yang sudah digoreng ke dalam rebusan gula, biarkan sampai air gula meresap.
7. Hidangkan dan kue siap dinikmati.
Itu tadi resep membuat Batu Kumung.

https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRuV88o2sR4e67K-m-Wi2xKxSxsFiQnRZqPZ3FN1Izb6UdxSVEKsYZqsqg



KHARMILA RAMDHANI




Read More
  • Share This:  
  •  Facebook
  •  Twitter
  •  Google+
  •  Stumble
  •  Digg
Postingan Lama Beranda

Popular Posts

  • MENGENAL ADAT BARODAK TAU SAMAWA
    Mengenal Barodak, Midodareninya masyarakat Sumbawa Ketika akan menikah, sebagai keturunan Indo, saya sempat bingung juga menentukan akan...
  • TEPUNG KHAS TANA SAMAWA
    “Tepung” khas Tana Samawa Jajan pasar adalah nama lain dari kue-kue (biasanya kue basah) tradisional yang awalnya banyak dijual di pasa...
  • KEBUDAYAA SUKU SUMBAWA
    Sabalong samalewa  Inilah motto dari daerah kelahiranku ini. Sumbawa besar adalah salah satu kabupaten yang berada di ...
  • UPACARA ADAT BASUNAT
    UPACARA ADAT BASUNAT Basunat adalah memeotong bagian ujung kelamin anak laki-laki yang berusia antara 3-10 tahun, untuk menjalankan sal...
  • SENI SASTRA SUMBAWA
    Seni Sastra Sumbawa             Pulau Sumbawa merupakan salah satu pulau terbesar di Provinsi NTB yang telah dibentuk berdasarkan Und...
  • KESENIAN DAERAH SUMBAWA
    KESENIAN DAERAH SUMBAWA Berdasarkan KBBI, 816 Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi kehalusan, keindahan, dan...
  • ADAT PERNIKAHAN SUKU SUMBAWA
    ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT SUKU SUMBAWA teman - teman kali ini  s aya mau ajak teman - teman  buat tahu sedikit tentang adat pernika...
  • TRADISI TAU SAMAWA
    TRADISI TAU SAMAWA BARAPAN KEBO Pict : Baliphotopgraphyguide.com NUSANTARA –  Teriakan joki mengiringi kerbau menuju sakak yang d...
  • MAKANAN KHAS DAERAH SUMBAWA
    MAKANAN KHAS DAERAH SUMBAWA SINGAN Singang, begitulah masyarakat di Sumbawa menamai masakan tradisional berbahan ikan segar ini. Ikan...
  • SUKU SUMBAWA
    Suku Sumbawa, Nusa Tenggara Barat suku Sumbawa Suku Sumbawa  atau  Tau Samawa , adalah suku yang terdapat di bagian barat pulau Su...

Recent Posts

LightBlog

Unordered List

  • Follow on Twitter
  • Like on Facebook
  • Subscribe on Youtube
  • Follow on Instagram

Pages

  • Beranda
  • permainan khas daerah sumbawa

Text Widget

Blog Archive

  • Home
  • About
  • Contact
  • 404

Recent

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

  • Home
  • About
  • Contact
  • Features
  • _feature 1
  • _feature 2
  • __feature 3.1
  • __feature 3.2
  • __feature 3.3
  • _feature 4
  • _feature 5
  • Shortcodes
  • Documentation
  • Download this template

Label

Breaking

Recent In Internet

Recent Post

Facebook

LightBlog

Comments

Recent

Adbox

Technology

Welcome To SoraBook

Sample Text

Copyright © SEJARAH TANA SAMAWA | Powered by Blogger
Design by Hardeep Asrani | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Gooyaabi Templates